BATU BERUBAH MENJADI EMAS (Kisah Inspiratif)
Author: Abdi Arifin
“Mendekatlah kesini wahai muridku.....!!!” Ujar seorang syaikh (guru) terhadap kedua muridnya. Dalam riwayat seorang syaikh (guru) mempunyai dua orang murid (murid 1 dan murid 2). Murid 1 sangat taat terhadap sang syaikh, apapun yang diperintah oleh sang guru diikutinya (diluar perintah maksiat). Sedangkan murid 2 kadar ketaatannya agak minim dan lebih ke ngeyel. Tepat hari Jumat sang guru mengajak muridnya untuk ikut bersamanya, tujuannya berziarah ke makam guru dari syaikh tersebut.
Syaikh : Nanti kalian berdua ikut saya, tapi ingat bawa batu yang besar.
Murid 1 : Baik guru (tanpa protes) (membawa batu yang sangat besar)
Murid 2 : Kiranya apa tujuan membawa batu besar guru...??? apa tidak menambah beban saat di perjalanan nanti? (“saya akan bawa batu kerikil saja dan akan saya taruh di dalam saku, ngapain repot-repot......” dalam benak murid 2)
Syaikh : Bawa saja ...
Setelah bertawassul di maqbarah dimaksud, sang syaikh memerintahkan kepada kedua muridnya agar batu tersebut dipendam dalam tanah. Tidak lama kemudian si syaikh memanggil kedua muridnya.
Syaikh : Saya tadi malam bermimpi dan mendapatkan bisyaroh (kabar gembira) dari guru saya, sekarang kalian gali tanah tersebut, kemudian kalian ambil kembali batu yang kalian pendam.
Murid 1 : Labbaik ya syakih....
Murid 2 : baik guru (sambil garuk-garuk kepala)
Sungguh di luar dugaan, batu yang dipendam tersebut berubah menjadi emas, kedua murid tersebut tercengang.
Syaikh : Sekarang ambil emas itu, dan menjadi milik kalian.
Murid 1 : Alhamdulillah ala niamillah
Murid 2 : hemmmmmm....... kenapa saya tidak bawa batu yang besar, coba bawa batu besar kan emas saya otomatis besar pula (Sambil mengelus dada tanda menyesal).
Murid 2 : Ya syaikh, kiranya kapan lagi syaikh mengajak kami untuk ziarah ke tempat ini lagi? (penuh harap)
Syaikh : Kalau memang mau, Jumat depan kalian ikut saya lagi.
Murid 2 : Dengan membawa batu lagi kan syaikh....???
Syaikh : Iya...
Murid 2 : Yessss.........!!! saya akan bawa batu yang sangat besar, akan saya sediakan gerobak.
Syaikh : Jangan.....kali ini bawa batunya yang kecil saja
Murid 1 : Labbaik ya syaikh.... (tetap patuh perintah guru dengan membawa kerikil yang sangat kecil).
Murid 2 : Lo kok......??? (“Saya akan tetap bawa batu besar, dan saya taruh di gerobak” pikirnya)
Setelah selesai ziarah sang syaikh mengajak muridnya tadi ke suatu tempat, disana ada hamparan tanah yang sangat luas.
Syaikh : tanah luas ini milik saya, saya akan berikan tanah ini kepada kalian berdua
Murid 1 : Labbaik ya syaikh...
Murid 2 : lah loh.......terus kapan dan dimana saya harus pendam batu ini...? (nafasnya ngos-ngosan karena sambil menarik gerobak yang isinya batu besar).
Syaikh : Kali ini tidak perlu pendam batu
Murid 2 : Lantas......????
Syaikh : Sekarang kalian lempar menggunakan batu yang kalian bawa, sampai dimana jatuh batu tersebut ya disitulah batas tanah kalian nanti. Dari tempat kalian berdiri sampai jatuhnya batu tersebut itu merupakan tanah milik kalian.
Murid 1 : Labbaik ya syaikh....
Murid 2 : .............????.....****.....!!!
Murid 1 melempar dengan sangat jauh sekali karena batu yang dibawa sangat kecil, dan bagian tanah murid 1 sangat luas. Sedangkan murid 2 jangankan melempar, untuk mengangkat batu tersebut tidak mampu, karena batunya sangat besar. Saat berusaha mengangkat batu, si murid 2 terjatuh bersama batu besar tersebut.
Syaikh : Murid 2, ya disitulah tanah bagianmua, seluas engkau terjatuh. Dan kelak cukup untuk tempat penguburanmu.
Dari hikayah tersebut kita bisa memetik hikmah bahwa taat dan tawadhu’ terhadap guru tanpa batasan, tanpa negoisasi dan tanpa pamrih. Dengan ketulusan santri/murid Allah akan membelasnya, baik berupa ilmu yang bermanfaat, kemuliaan, ataupun barokah yang diidamkan oleh setiap santri/murid. Semoga hikayah ini memberikan inspirasi bagi kita semua, dan bisa menjadikan kita lebih baik. Aamin Ya Rabbal Aalamin.....

Komentar
Posting Komentar