PENDUDUK NERAKA AKAN DIDOMINASI OLEH ORANG FAKIR DAN MISKIN
ABDI ARIFIN, seperti apapun rasa takut yang berada dalam diri manusia, seiring itu pula manusia tidak akan luput dari maut. Cepat ataupun lambat hal yang seumur hidup hanya sekali terbut pasti akan tiba.
Setelah manusia dibangkitkan kembali oleh Allah, maka kita akan berada di kehidupan dan suasana baru dengan tatanan hidup yang baru pula. Ada dua wilayah yang salahsatunya akan menjadi tempat tinggal kita nantinya, nama wilayah tersebut sudah sangat tidak asing lagi di telinga kita, yaitu SURGA dan NERAKA.
Di Surga jelas akan dihuni oleh orang-orang yang shalih dan shalihah, sedangkan di Neraka akan banyak dihuni oleh orang-orang fakir dan miskin. Fakir disini bukan fakir akan materi serta bukan miskin harta, akan tetapi fakir dan miskin ILMU. Diceritakan dalam satu riwayat pada saat malam Mi’roj, Allah SWT memperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW terhadap penduduk neraka, dan paling banyak dari penduduk neraka tersebut didominasi oleh orang-orang yang miskin ilmu atau tidak berilmu (Minhajul Abidin, hal. 9).
Lantas apa korelasi miskin ilmu dengan ahli neraka? Bagaimana tidak, dengan tanpa ilmu manusia tidak akan memahami unsur-unsur ibadah. Karena dengan ilmu manusia bisa memahami teknik dan ketentuan sahnya suatu ibadah. Sebanyak apapun ibadah yang dikerjakan jika tanpa didasari ilmu maka ibadah tersebut akan sia-sia belaka, dengan kata lain tidak akan diterima oleh Allah SWT. Jika ditarik benang merah dari paparan tersebut maka jelas penyebab terbanyak dari penghambat masuknya manusia ke Surga adalah tidak memahami kaidah-kaidah ibadah.
Perjalanan hidup masih sangat panjang, sangat disayangkan jika manusia hanya pasrah dan berpangku tangan dalam lingkaran ketidakpahaman, usia bukan menjadi alasan, kesibukan bukan faktor penghambat untuk mengkaji, belajar, serta memahami suatu ilmu, banyak cara yang bisa ditempuh untuk terus belajar. Belajarlah kepada orang yang ahli dalam bidangnya, pintar-pintarlah mencari guru serta panutan, karena di zaman sekarang tidak sedikit manusia yang mentransfer ilmu tanpa dasar atau referensi yang valid dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Cukup dengan modal kemauan, lawan rasa malas dan bosan.
Semoga bermanfaat.

Komentar
Posting Komentar